Ilmuwan Amerika masuk Islam karena al qur'an
Ketika lafad Allah terdengar,
getaran di atas suara berubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat
ditangkap oleh monitor. Mukjizat ini membuat seorang ilmuwan terkenal Amerika
memilih masuk Islam.
Dilaporkan bahwa sebuah tim ilmuwan
dari Amerika menemukan bahwa sebagian dari tumbuh-tumbuhan khatulistiwa
mengeluarkan frekuensi di atas suara. Dan itu hanya dapat ditangkap oleh perangkat
canggih.
Para ilmuwan ini selama tiga tahun
melakukan penelitian dan melihat fenomena seperti ini membuat mereka sangat
terheran-heran. Mereka menemukan bahwa getaran di atas suara ini dapat diubah
menjadi gelombang elektrik optik dan lebih dari seratus kali persekon
berulang-ulang.
Tim ini kemudian membuktikan
penemuan mereka di hadapan sebuah tim peneliti Inggris. Kebetulan dalam tim itu
ada seorang yang beragama Islam. Ia keturunan India.
Setelah melakukan uji coba selama
lima hari, ilmuwan Inggris juga menjadi terkagum-kagum dengan apa yang mereka
lihat. Namun, ilmuwan muslim ini mengatakan bahwa hal ini sudah diyakini oleh
kaum muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Mereka yang mendengar ucapan itu
memintanya untuk lebih jauh menjelaskan masalah yang disebutnya. Ia kemudian
membaca ayat yang berbunyi: “Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan
memuji- Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (Isra’: 44).
Prof. William Brown, pimpinan tim peneliti itu
akhirnya mengajak ilmuwan Islam itu untuk berbicara lebih banyak tentang Islam.
Setelah dijelaskan tentang Islam dan diberi hadiah sebuah all-Quran yang
dilengkapi dengan tafsirnya dalam bahasa Inggris, ia kemudian mengucapkan
syahadat.[infosyiah]
Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung
banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah
fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan
teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun
lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun,
dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara
sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20.
Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini
semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.
Pengatahuan Tentang Al qur'an
Semua yang
telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti:
Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya
terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa
depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam
ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an
bukanlah perkataan manusia.
Al Qur'an
adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan.
Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah
menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak
hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal
informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci
ini hari demi hari.
Apa yang
menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang
Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup.
Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:
"Dan
Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah
dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)
Dalam
beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:
"Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29)
"Sekali-kali
jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia
memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12)
Bentuk Bulat Planet Bumi
Dia
menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam
atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)
Dalam Al
Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta
sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai
"menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam
kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan
membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar,
sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan
yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup
satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan
ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an,
yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet
bumi yang bulat.
Namun
perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di
masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta
penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al
Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad
terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan
jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan
jagat raya.
Penciptaan yang berpasang pasangan
"Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui." (Al Qur'an, 36:36)
Meskipun
gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan
perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas.
Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris,
Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi
Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut
"parité", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan
jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi
bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan
dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"…setiap
partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan
hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan
dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap
tempat."
Semua ini
menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh
meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian
"dikirim ke bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat
tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad
ke-7, di saat Al Qur'an diturunkan. (http://www.2think.org/nothingness.html,
Henning Genz – Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205)
Gelombang Didasar Laut Dan Kegelapannya
Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang
di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)
Keadaan
umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:
Kegelapan
dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau
lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman
1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John
Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)
Kini,
kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri
makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas
permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang
dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk
mendapatkan informasi ini.
Manusia
tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan
khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan
gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan
hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut
tentang kelautan. Namun, pernyataan "gelap gulita di lautan yang
dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti
salah satu keajaiban Al Qur’an, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum
ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman
samudra.
Selain
itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita
di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak
(pula), di atasnya (lagi) awan…" mengarahkan perhatian kita pada satu
keajaiban Al Qur’an yang lain.
Para
ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang
"terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki
kerapatan atau massa jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan
gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan
samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih
tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat
seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana
gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata
manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau
perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993,
Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall
Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan
dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa
adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan
laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di
dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian
kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta
yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi
bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.
Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia
memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di
masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah,
yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan
kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu)
bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah
dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya,
sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada
kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang
dekat." (Al Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat
tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi
sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam
ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar,
yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah
yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan
kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak
terbatas. Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita tentang
peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak
mungkin dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling
menarik tentang peristiwa bersejarah ini, yang akan diulas lebih dalam
dalam halaman-halaman berikutnya, adalah bahwa pasukan Romawi
dikalahkan di wilayah terendah di muka bumi. Ini menarik sebab
"titik terendah" disebut secara khusus dalam ayat yang memuat
kisah ini. Dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil
untuk dapat melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada
permukaan bumi. Ini adalah berita dari Allah yang diturunkan untuk umat
manusia, Dialah Yang Maha Mengetahui.
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar tentang blog yang sederhana ini